Senin, 17 September 2012

Aku lahir tanggal 26 Juli 1997, di Jayapura, Papua. Nama ibuku Hermawati koentariani dan ayahku Arya Teguh Budiyanto. Aku bisa dibilang anak pertama, juga anak ke dua,  adalah alasannya. Aku punya satu kakak perempuan dan satu adik laki-laki.
Ibuku bekerja sebagai seorang pengacara di Jayapura,  sedangkan ayahku bekerja sebagai seorang operator alat berat.
Masa kecilku, kuhabiskan di Bumi Papua selama kurang lebih 4 tahun. Rumahku sederhana saat aku di Jayapura. akusudah lupa dimana tepatnya aku tinggal, tapi aku masih ingat bagaimana rupa rumahku,
Setelah itu, aku dan ayahku pergi ke Jawa, karena saat itu kakekku yang ada di Jawa sedang sakit. Aku pergi dengan ayahku, aku berangkat naik kapal. Rasanya aneh dan senang , naik kapal adalah sesuatu yang baru buatku yang pada itu berumur sekitar empat atau lima tahun. perjalanan berlangsung sekitar 2 minggu, karena kapal itu tidak hanya punya satu tujuan perjalanan, sebalum sampai ke Jawa kapal beberapa kali mampir ke berbagai pelabuhan untuk beristirahat dan memurunkan penumpang.
Setelah sampai ke Jawa, aku dan ayahku pergi ke daerah Gringsing, tempat pamanku tinggal, disana juga tinggal kakek dan nenekku. rencananya aku akan disini selama kurang lebih 3 bulan. Ternyata, benar kata orang-orang, kita dapat merencanakan sesuatu, tapi Allah SWT lah yang menentukan. Tak ku sangga aku berada di Jawa lebih lama, akhirnya aku bersekolah di sana, di sebuah sekolah dasar pertamaku, SD Negeri 1 Gringsing. Kurang lebih 3 Caturwulan (pada saat itu masih berlaku caturwulan, belum ada semester) aku bersekolah disana. Masa-masa aku bersekolah sangatlah berkesan bagiku. Aku tergolong anak yang nakal dan gampang marah, apalagi saat teman teman selalu menggangguku, mereka selalu memanggilku orang asing karena aku datang dari Papua. Mungkin saat itu mereka masih mengira, Papua adalah daerah primitif yang jauh dari peradaban, dan yang paling penting belum mengaenal pakaian. mereka selalu mengejekku anak hutan yang tersesat, saat pertama aku masuk sekolah, mereka tidak mau berbicara padaku, karena mereka takut. Seperti itulah yang ku alami di sekolah perdanaku. Sampai pada puncaknya, aku diganggu oleh anak perempuan yang jadi musuh abadiku selama aku berada disana, dia membuang tas ku ketanah depan kelas yang becek, kebetulan pagi itu baru saja hujan. Aku marah bukan main dan langsung mengejarnya, melemparnya dengan apa saja yang ada di dekatku. Sampai aku memecahkan botol minum yang kubawa untuk melemparinya. sampai sekarang aku mesih mengingat betul wajahnya yang bulat itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar